Mahasiswa Undercover
Sudah
sejak lama saya ingin menulis tentang ini. Bahwa ada sebuah urgensi yang memang
harus betul-betul kita perhatikan untuk membangun sebuah peradaban. Peradaban
yang berazaskan pada kearifan lokal (local wisdom) yang terpatri dalam sanubari kita sebagai suatu bangsa yang
bhineka dalam persatuan.
Berbicara
tentang mahasiswa adalah berbicara tentang diri kita sendiri sebagai pemuda
sebagai agent perubahan dan kontrol sosial serta iron stock. Berangkat dari
argumentrasi bapak republik, Ibrahim Sutan Malaka yang menegaskan bahwa
idealisme adalah keistimewaan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda.
Artinya pemuda sebagai penggenggam api revolusi dalam membawa dan mengarahkan
keadaan kepada ruang yang konstruktif. Tanpa kita memandang hal yang tidak
begitu esensial seperti umur dan raut wajah serta kelamin, misalnya. Karena hal
seperti itu bukanlah menjadi alasan dalam bergerak dan berkarya.
Mahasiswa
bukanlah pangkat ataupun derajat bukan pula
sifat feodalistik dalam sebuah masyarakat. Hal pertama untuk
membicarakan seorang mahasiswa kita harus mampu membedakan antara mahasiswa dan
anak kuliahan. Anak kulihan mungkin syaraatnya cukup gampang, cukuplah
mendaftar di salah satu perguruan tinggi baik itu PTN/PTS kemudian bayar
registrasi maka hal itu sudah menjadi kecukupan di dalam menyandang pangkat
sampah tadi. Akan tetapi jika kita berbicara tentang mahsiswa maka kita
berbicara tentang tanggung jawab serta dedikasi untuk bangsa dan negeri.
Kedengarannya sih ngeri bahkan terkesan basa basi. Akan tetapi yah terimalah
kenyataan karena itu lah memnag kenyataanya.
Pemuda
dan mahasiswa adalah kata yang berbeda akan tetapi memiliki ontologi yang sama.
Pemuda tidak bisa memisahkan diri dari mahasiswa, dan mahasiswa tak ada makna dan
arti tanpa jiwa muda. Kesamaan prinsip dan cita cita dari dua kata ini haruslah
berada pada setiap individu yang memiliki harapan dan impian untuk perubahan.
Telah
jelas dalam pengetahuan kita bersama bahwa tri dharma perguan tinggi yang
mewadahi para mahasiswa di dalam berkarya dan berproses ialah pengetahuan,
penelitian dan pengabdian. Jika kita sederhanakan maka sifat mahasiswa untuk
bisa melekat pada jiwa dan sanubari seseorang maka harus memuat tiga hal.
Pertama pendidikan; bisa kita artikan bahwa seorang mahasiswa haruslah memiliki
jiwa sebagai seorang yang haus akan ilmu pengetahuan sehingga tidak meluangkan
waktunya kecuali untuk belajar. Belajar dan pendidikan yang dimaksud adalah
pendidikan dan pembelajaran secara meluas. Bukan hanya persoalan tentang bangku
kuliah dan kertas dengan tinta hitamnya tanpa berfikir bahwa hal yang
demikianlah adalah juga menrpakan sesuatu yang terpenting. Juga dilain sisi
untuk mencari pendidikan dan pembelajaran dalam hidup yang luas ini. Seperti
halnya berdiskusi mengamati serta membangun relasi dengan semua pihak dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bentuk ejawantah dalam
mengimplementasikan tri dharma perguruan tinggi yang pertama yakni pendidikan.
Kedua;
penelitian. Berbicara tantang penelitian, menurut kamus besar bahasa indonesia
(KBBI), penelitan adalah pemeriksaan secara teliti; penyelidikan. Artinya bahwa
ketika seorang berada dalam ruang lingkup perguruan tinggi ia harus mampu
melakukan semcam pemeriksaan secara mendalam terhadap sebuah objek yang ingin
dia kaji sesuai dengan besic atau latar belakang kemampuan di dalam pendidikan
yang sebelumnya telah ia peroleh. Berangkat dari pada itu maka diharapkan
nantinya setelah melakukan penelitian mampu menemukan permesalahan permasalahn
secara kritis dan menenemukan sebuah solusi solusi di dalam memecahkan masalah
masalah yang ia temukan.sehingga nantinya di harapakan tercipta sbuah
konstruksi konstruksi sosial.
Yang
ketiga pengabdian. Pengabdian bisa dimaksud sebagai konten yang ingin kita berikan
kepada publik atas apa yang telah ia (mahasiswa) miliki (pendidikan, penelitian).
Seringkali masyarakat menyebutnya dengan pekerjaan. Bukan mejadi sebuah
persoalan apabila seseorang mempertanyakan mengenai peluang pekerjaan setelah
lulus dari bangku kuliah. Karena orang yang kuliah sudah memiliki legitimasi
secara akademik bahwa orang tersebut telah memiliki kemampuan dalam aspek
pendidikan penelitian dan pengabdian.
Dan
ditemukan sebuah gejala dunia kuliah bahwa mereka tidak paham akan peran yang sedang
mereka emban tentang hak hak dan tanggung jawab. Adapun juga selain itu
sistematika dalam menjalankan dunia perkuliahan mereka tersendat dan tercecer
karena tak mampu untuk memahami konsep yang sudah dibangun sendiri oleh kampus itu sendiri. Imbasnya adalah mahasiswa
tidak memiliki orientasi yang jelas dalam menjalankan dunia perkulihan dan
cenderung pesimis dan menggap sinis dalam memandang model kampus.
Oleh: Rizki Maulana Hakim
Leave a Comment