Review Buku: Hidup Seribu Tahun Lagi




Judul Buku: Chairil Anwar, Bagimu Negeri Menyediakan Api
Penerbit: @penerbitkpg , @tempopublishing
Cetakan: Januari 2018
    Penggalan, Puisi “Diponerogo”
        Ini barisan tak bergenderang-berpalu
        Kepercayaan tanda menyerbu.
        Sekali berarti
        Sudah itu mati.
        MAJU
        Bagimu Negeri
        Menyediakan api.
          Penggalan Puisi "Aku"
            Berlari
            Hingga hilang pedih perih
            Dan akan lebih tidak peduli
            Aku mau hidup seribu tahun lagi.
             Seorang pahlawan tak harus selalu diangkat dari kalangan militer. Tidak pula wajib dimunculkan dari kaum politikus. Dia bisa juga datang dari sosok bohemian yang hidupnya di jalanan (Hal, 2).
            Chairil Anwar dalam hidupnya seperti digambarkan pada dua buah puisi di atas, adalah orang yang bercita-cita tinggi dan gencar memproklamirkan kemerdekaan. Dengan puisi-puisinya dia membuat perlawanan. Kepiawaiannya meracik kata-kata menjadikannya sebagai angkatan 45 yang berpengaruh dan menjadi ikon pembaharu dalam sastra Indonesia juga menjadi penyair yang mampu mendobrak angkatan sebelumnya.

            Membaca buku ini seakan-akan kita diajak untuk menelusuri sepakterjang kehidupan penyair yang terkenal karena puisi "Aku", di mana oleh banyak kerabat dan sahabatnya juga disebut sebagai sosok yang tidak suka terikat; orang yang bebas.

            Pendekatan jurnalistik yang dipakai oleh Majalah Tempo ini memberikan gambaran jelas, mulai dari kehidupan sampai perjuangannya dalam meraih kemerdekaan. Meski bukanlah buku sejarah, buku ini tergolong sebagai buku bagus karena menyajikan ragam kehidupan dan orang-orang yang ikut andil dalam kesusksesan Chairil. Selain itu, dengan buku ini kita akan menyadari bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang Chairil, maka besar harapan setelah membaca buku ini orang-orang mulai menelusuri lebih jauh seperti apa Chairil dan kehidupannya sehingga pemahaman tidak terbatas pada satu kesimpulan.

            Terakhir, buku ini direkomendasikan bagi mereka yang ingin mempelajari sejarah kesusastraan Indonesia meski tidak terbatas pada sastra melainkan juga pada bagaimana kemerdekaan negeri ini diraih dan pengorbanan yang dilakukan orang-orang terdahulu sehingga kita bisa menjadi satu kesatuan yang Bhinneka Tunggal Ika.

            By: Ahmed Fauzy Hawi
            Diberdayakan oleh Blogger.