Petani dan Naga Sakti Penguasa
Sawah ladangku subur hijau kini lebam menghitam, tandus, hancur lebur digilis mesin-mesin kekuasaan; disulapnya jadi gedung-gedung di bawah tumpukan mayat-mayat rakyat sekarat kelaparan,
Lautku kaya raya, dimana ikan2 mengembara kini pun keruh tercemar oleh limbah kotor hitam pekat busuk penguasa
Tempat tinggalku asri sejuk, kini penuh dengan polusi knalpot2 kendaraan dan jerit rakyat mengeram tangis kebengisan sebab lahannya dipaksakan hilang oleh tangan-tangan busuk setan...
Ooohh, hanya tangis yang kini meracau di tanahku yang mulai tandus keringkerontang.
kesewenangan pun merajalela di mayapada
Ibu pertiwi pun menangis, menyaksikan anaknya tak lagi mampu bermain di sawah-sawah dengan sapinya menghias tanah dengan sederhana,
Anak-anaknya tak lagi mampu menangkap ikan dengan sarungnya di sungai-sungai sebab sungainya tak ada
Kini, tanah air pusaka jadi tanah air penuh limbah dusta, meracuni akal sehat dengan sertifikat, menggerogotinya dengan kongkalikong naga sakti memukul petani, membunuh anak sendiri: menguburnya dalam-dalam bersama pesan leluhur yang di khianati, akhirnya kita mati di tanah sendiri.
Oleh: Moh. Hamid
Leave a Comment